Header Ads

Membandingkan Gaya Kepemimpinan Sultan Husain Syah dari Tidore dengan Sultan Brunei: Sebuah Skema Transformasi Ekonomi Pewaris Kerajaan


Sultan Husain Syah dari Tidore adalah salah satu pemimpin yang dikenal dengan kebijakan-kebijakan strategis dalam mempertahankan eksistensi Kesultanan Tidore di tengah perubahan zaman. Sebagai bagian dari sejarah panjang Nusantara, Kesultanan Tidore memiliki tantangan besar dalam mempertahankan ekonomi dan pengaruhnya setelah berakhirnya sistem kerajaan sebagai entitas politik yang berdaulat.

Di sisi lain, Sultan Brunei saat ini menjadi contoh bagaimana sebuah kerajaan dapat tetap mempertahankan kekuatan ekonomi dan pengaruh politiknya. Brunei Darussalam, sebagai negara kaya akan sumber daya minyak dan gas, berhasil mengelola kekayaan keluarganya dengan baik melalui berbagai instrumen bisnis dan investasi yang dikelola secara profesional.

Perbedaan mendasar antara Sultan Husain Syah dan Sultan Brunei terletak pada sumber daya ekonomi yang mereka miliki. Tidore tidak memiliki cadangan minyak dan gas seperti Brunei. Namun, Tidore memiliki sejarah perdagangan dan jaringan maritim yang kuat sejak zaman kolonial. Inilah yang bisa menjadi landasan untuk membangun kembali ekonomi Kesultanan Tidore dengan model modern.

Salah satu strategi yang dapat diterapkan oleh Kesultanan Tidore adalah membentuk holding usaha yang berorientasi pada investasi dan pengelolaan aset keluarga kerajaan. Holding usaha ini bisa menjadi instrumen utama dalam mengelola berbagai sektor ekonomi yang masih terbuka di Tidore dan wilayah sekitarnya.

Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah membentuk badan usaha milik kesultanan yang berfokus pada pengelolaan aset-aset tradisional. Sebagai contoh, pariwisata budaya bisa menjadi sektor unggulan. Tidore memiliki warisan sejarah yang kaya, termasuk situs-situs bersejarah, istana, dan tradisi yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata.

Selain itu, Kesultanan Tidore bisa meniru model bisnis keluarga kerajaan Brunei dengan membangun jaringan bisnis yang berbasis pada investasi jangka panjang. Sektor perhotelan, restoran, dan layanan wisata bisa menjadi titik awal yang strategis untuk mendukung perekonomian kerajaan.

Untuk merealisasikan skema ini, kesultanan harus bekerja sama dengan pemerintah daerah dan sektor swasta. Model kemitraan publik-swasta (PPP), melalui pemda Maluku Utara maupun pemerintah pusat, bisa diterapkan dalam berbagai proyek pembangunan infrastruktur pariwisata dan ekonomi kreatif di Tidore.


Selain sektor pariwisata, holding usaha Kesultanan Tidore juga bisa berinvestasi di sektor perikanan dan perdagangan maritim. Tidore memiliki sejarah panjang sebagai pusat perdagangan di Maluku Utara, dan ini bisa dihidupkan kembali dengan pendekatan modern berbasis teknologi dan logistik yang lebih efisien.

Pelajaran lain yang bisa diambil dari Sultan Brunei adalah bagaimana pengelolaan keuangan kerajaan dilakukan secara profesional. Kesultanan Tidore dapat membentuk lembaga keuangan sendiri atau bekerja sama dengan perbankan nasional untuk mengelola investasi keluarga kerajaan dengan standar manajemen keuangan modern.

Pendidikan dan pelatihan bagi generasi muda keluarga kesultanan juga menjadi faktor kunci dalam membangun ekosistem bisnis yang berkelanjutan. Dengan memiliki sumber daya manusia yang terampil dan profesional, Kesultanan Tidore dapat lebih mudah bersaing dalam dunia usaha dan investasi.

Selain itu, branding dan pemasaran juga menjadi faktor penting. Kesultanan Tidore bisa memanfaatkan media sosial dan platform digital untuk memperkenalkan potensi ekonomi dan warisan budayanya ke pasar global. Brunei telah berhasil membangun citra kerajaan yang makmur dan stabil, sesuatu yang juga bisa dicapai oleh Tidore dengan strategi komunikasi yang tepat.

Kerja sama dengan investor internasional juga bisa menjadi opsi. Dengan menarik modal asing untuk proyek-proyek di Tidore, kesultanan dapat mempercepat pertumbuhan ekonominya tanpa harus bergantung pada sumber daya alam yang terbatas.

Sultan Brunei dikenal dengan kebijakannya yang memanfaatkan sumber daya alam untuk membangun kesejahteraan rakyatnya. Tidore mungkin tidak memiliki sumber daya yang sama, tetapi dapat menggantikannya dengan kebijakan berbasis inovasi dan pengelolaan ekonomi yang efisien.

Untuk memastikan keberlanjutan program ini, Kesultanan Tidore perlu membangun sistem manajemen yang transparan dan akuntabel. Penerapan teknologi digital dalam administrasi dan pelaporan keuangan akan sangat membantu dalam menjaga kredibilitas bisnis kesultanan.

Dengan membangun holding usaha yang kuat, Kesultanan Tidore bisa meniru keberhasilan Sultan Brunei dalam menjaga stabilitas ekonomi dan kesejahteraan keluarga kerajaan. Tantangan terbesar adalah bagaimana mengubah paradigma dari sistem ekonomi tradisional ke model bisnis modern yang lebih kompetitif.

Namun, dengan strategi yang tepat dan kemitraan yang solid, bukan tidak mungkin Kesultanan Tidore bisa kembali menjadi salah satu pusat ekonomi di kawasan Timur Indonesia. Kesuksesan Sultan Brunei menunjukkan bahwa kerajaan di era modern tetap bisa memiliki peran ekonomi yang signifikan jika dikelola dengan baik.

Kesimpulannya, meskipun Sultan Husain Syah dan Sultan Brunei menghadapi kondisi ekonomi yang berbeda, ada banyak pelajaran yang bisa diambil oleh pemangku Kesultanan Tidore untuk membangun kembali kejayaan ekonominya. Dengan inovasi, kemitraan strategis, dan manajemen profesional, Tidore bisa menjadi contoh sukses bagaimana sebuah kesultanan dapat beradaptasi di era modern.

Dibuat oleh AI

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.